sambak.desa.id- Ibu Yunaida, salah satu warga Desa Sambak yang berhasil mengolah limbah organik menjadi produk bernilai tinggi. Sejak kedatangan seorang anggota Dinas Lingkungan Hidup Magelang yang memberikan pelatihan kepada para ibu di KWT Kebonlegi tentang cara mengolah limbah organik, Bu Yunaida telah berhasil melanjutkan usaha ini selama hampir 2 tahun dan hingga kini, beberapa warga setempat juga membeli produk yang diolah Ibu Yunaida, bahkan pengunjung luar juga tertarik membeli produk sabun organik ini. Produk-produk yang dihasilkan juga dikemas dan dilabel dengan baik dengan menunjukkan formulasi bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan produknya.

Salah satu produk yang berhasil diolah dari limbah organik adalah sabun cuci piring. Uniknya sabun ini menggunakan bahan dasar eco enzym yang menghasilkan anti bakteri yang alami sehingga aman untuk digunakan.  Oleh karena itu, jika kita bandingkan dengan sabun cuci piring yang berbahan dasar kimia, sabun cuci ini bisa dipastikan memberikan lebih sedikit efek samping bagi kulit terutama bagi yang memiliki kulit sensitif. Bahan-bahan yang terkandung dalam sabun cuci piring ini yaitu Mes (250 gr), garam (50 gr), Air (3 liter), Eco-enzym (300 gr), Gliserin (50 gr), Foam boster (50 gr).

Sabun organik ini juga tidak kalah uniknya, penggunaan eco-enzym ternyata bisa diterapkan dalam pembuatan sabun mandi. Terdapat dua varian wangi yaitu wangi sari buah jeruk dan wangi pandan. Bahan-bahan yang digunakan juga hampir sama, tentunya mengandung 50 gram Eco Enzym, 57 gram NaOH,  (garam), dan 300 gram minyak kelapa. Pembuatannya juga mudah, hanya perlu mencampur semua bahan-bahan tersebut dan menunggu proses pembekuan selama ± 8-9 jam untuk hasil yang maksimal. Namun, sabun ini masih perlu melalui proses curing atau pengeringan selama 4-6 minggu agar pH-nya stabil dan siap digunakan.

Produk yang terakhir adalah Eco-Enzym. Eco Enzyme sendiri adalah cairan hasil fermentasi limbah organik terutama kulit buah dan sayuran, yang dicampur dengan gula dan air. Bahan-bahan yang digunakan juga sama seperti pembuatan eco-enzym pada umumnya yaitu Gula atau molase: 100 gram, limbah organik seperti Kulit buah-buahan, sisa sayuran, ampas kopi, atau sisa makanan organik lainnya 300 gram, dan yang terakhir air non klorin (air yang sudah didiamkan selama 24 jam atau air sumur) sebanyak 1 liter. Proses fermentasi biasanya berlangsung selama 3 bulan. Selama fermentasi, mikroorganisme dalam bahan organik menguraikan gula menjadi alkohol, yang kemudian diubah menjadi asam asetat, memberikan Eco Enzyme sifat pembersih dan antibakteri sehingga kebanyakan cairan eco-enzym digunakan  untuk keperluan kebersihan.